PENYAKIT PADA TERNK
Penyakit Anthrax.
Penyakit
Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonosis penting
yang saat ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonosis
berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini hampir setiap tahun
selalu muncul di daerah endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi
peternak dan masyarakat luas. Hampir semua jenis ternak (sapi, kerbau, kuda,
babi, kambing dan domba) dapat diserang anthrax, termasuk juga manusia
Gejala
Pada Hewan
Gejala klinis sangat bervariasi
tergantung dari subtipe virus, spesies, umur. Penyakit
anthrax pada hewan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu perakut, akut dan
kronis.
Bentuk per akut
Jalannya penyakit sangat mendadak dan
segera terjadi kematian akibat pendarahan di otak. Gejala tersebut berupa sesak
napas, gemetar, kemudian ternak roboh dan mati. Disamping itu, terkadang ternak
itu terus mati sebelum nampak tanda-tanda bahwa ia sakit. Dan kerap kali
diagnosa ditentukan setelah mati, yaitu terjadi pembesaran limpa membengkak 2-4
kali dari ukuran normal.
Bentuk akut (pada sapi, kuda, kambing dan domba)
Anthrax
bentuk akut pada sapi, kuda dan domba, gejala-gejala penyakitnya mula-mula
demam, penderita gelisa, kemudian depresi, sopor, pernafasan susah, detak
jantung frekuen dan lemah, kejang dan penderita segera mati. Selama penyakit
berlangsung, demamnya dapat mencapai 41,5 0C, ruminasi berhenti, produksi susu
berkurang, pada ternak yang sedang bunting mungkin terjadi keguguran. Dari
lubang-lubang kumlah mungkin keluar ekskreta berdarah. Gejala Anthrax akut pada
kuda dapat berupa demam, kedinginan, kolik yang berat, tidak ada nafsu makan,
depresi hebat, otot-otot lemah, mencret berdarah, bengkak di daerah leher,
dada, perut bagian bawah dan dibagian kelamin luar.
Bentuk Kronis
Anthrax
bentuk kronis biasanya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang juga terdapat
pada sapi, kuda dan anjing dengan lesi-lesi lokal yang terbatas pada lidah dan
tenggorokan. Pada satu kelompok babi yang mendapat infeksi, beberapa babi
diantaranya mungkin mati karena Anthrax akut tanpa menunjukkan gejala penyakit
sebelumnya. Beberapa babi yang lain menunjukkan pembengkakan yang cepat pada
tenggorokan, yang pada beberapa kasus menyebabkan kematian karena lemas.
Kebanyakan babi didalam kelompok tersebut menderita Anthrax kronis yang ringan,
yang berangsur-angsur akan sembuh. Bila babi tersebut disembelih, pada kelanjar
limfa servikal dan tonsil terdapat infeksi Anthrax.
Gambaran
klinik sebagai tersebut di atas berbeda-beda, bergantung pada perluasan
penyakit dan jenis hewan yang terkena.
·
Pada kuda Anthrax biasanya menyebabkan kolik,
mungkin karena torsil intestinal atau invaginasi, tidak disertai akumulasi
tinja dan gas. Sering juga disertai busung di daerah leher, dada, bahu dan
pharynx. Busung tersebut berbeda dengan pembengkakan yang disebabkan oleh
purpura hemorrhagica, karena perkembangannya cepat, ada rasa nyeri, demam
tinggi dan perbedaan lokalisasinya. Gejala gelisah jarang terdapat tetapi
selalu mengalami sesak nafas dan kebiruan. Penyakit tersebut biasanya berakhir
8-36 jam, atau kadang-kadang sampai 3-8 hari.
·
Pada sapi, gejala-gejala permulaan
kurang jelas kecuali demam tinggi sampai 42 oC. biasanya sapi-sapi tersebut
terus digembalakan atau dikerjakan. Dalam keadaan serupa itu sapi dapat
mendadak mati dikandang, dipadang gembalaan atau saat sedang dipekerjakan.
Anthrax
kronis dapat pula terjadi pada sapi yang berlangsung selama 2-3 bulan.
Hewan-hewan yang menderita penyakit akan menjadi kurus dengan cepat.
·
Pada domba dan kambing, biasanya bentuk
perakut dengan perubahan-perubahan apopleksi serebral, hewan-hewan yang terserang
tiba-tiba pusing, berputar-putar, gigi gemetar dan mati hanya dalam beberapa
menit setelah darah keluar dari lubang-lubang tubuh. Pada kasus yang kurang
cepat, penyakit tersebut hanya berlangsung selama beberapa jam, dengan
tanda-tanda : gelisah, berputar-putar, respirasi berat dan cepat, jantung
berdebar-debar, tinja dan kemihnya berdarah. Ludah keluar dari mulut dan
terjadi konvulsi. Busung dan enteritis jarang terdapat.
·
Pada babi, gejala penyakitnya berupa
demam dan pharyngtis dengan pembengkakan didaerah subparotidea dan larynx yang
berlangsung cepat (Anthraxangana). Pembengkakan tersebut dapat meluas dari
leher sampai dahi muka dan dada, menyebabkan kesulitan makan dan bernafas.
Selaput lendir kebiruan, pada kulit terdapat noda-noda merah, mencret,
disfagia, muntah dan sesak nafas menyebabkan hewan mati lemas.
Pada
kasus tanpa pembengkakan leher, gejala penyakitnya mungkin hanya berupa lemah,
tidak ada nafsu makan dan menyedirikan. Pada Anthrax lokal atau kronis,
hewannya sering tampak normal.
·
Pada anjing dan pemakan daging (
carnivora ) lainnya, gejala penyakit berupa gastroenteritis dan pharyngitis,
tetapi kadang-kadang hanya demam. Setelah makan daging yang mengandung kuman
Anthrax, bibir dan lidah menjadi bengkak, atau timbul bungkul-bungkul pada
rahang atas. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi umum melalui erosi pada
selaput lendir kerongkongan.
·
Pada manusia, sering ditemukan bentuk (
kutan ) serangannya bersifat lokal, dapat juga disebut Anthrax lokal. Pada luka
tersebut terjadi rasa nyeri, yang diikuti dengan pembentukan bungkul merah
pucat ( karbongkel ) yang berkembang jadi kehitaman dengan cairan bening
berwarna merah. Bila pecah akan meninggalkanjaringan nekrotik. Bungkul
berikutnya muncul berdekatan. Jaringan sekitarnya tegang, bengkak dengan warna
merah tua pada kulit sekitarnya. Bila dalam waktu bersamaan gejala demam
muncul, infeksi menjadi umum ( generalis ) dan pasien mati karena septisemi.
PENULARAN
Penyakit Anthrax sangat tidak lazim ditularkan
secara langsung dari satu hewan ke hewan lainnya. Hewan akan terserang penyakit
ini apabila memamkan pakan yang tercemar oleh spora Anthrax yang berasal dari
tanah. Keberadaan spora anthrax di dalam tanah atau lingkungan berasal dari
hewan yang mati karena anthrax. Hewan tersebut akan mengeluarkan kuman B.
anthracis bersama-sama dengan darah yang umumnya keluar dari lubang-lubang
alami/kumlah (anus, hidung, mulut) yang kemudian segera menjadi spora.
Disamping itu apabila hewan yang mati karena
penyakit anthrax dipotong atau dilakukan bedah bangkai maka kuman penyebab
anthrax akan segera berubah menjadi spora dan akan mencemari tanah dan
lingkungan.
Oleh karena itu setiap bangkai hewan yang mati
karena diduga anthrax dilarang untuk dipotong atau dilakukan bedah bangkai.
Oleh karena itu, melakukan bedah bangkai, pembedahan atau pemotongan hewan
tersangka anthrax sangat membahayakan bagi orang yang melakukannya.
Pencegahan
Dan Pengendalian
Pada daerah daerah dimana anthrax pernah ditemukan,
langkah pencegahan adalah dengan melakukan vaksinasi pada hewan ternak setiap
tahun.
Beberapa hal yang perlu diperhatiakn sehubungan
penyakit anthrax yaitu :
1. Vaksin anthrax harus ditempatkan dalam lemari es (
kulkas)
2. Antibiotika tidak boleh diberikan pada ternak
beberapa hari sebelum dan sesudah vaksinasi karena akan menyebabkan kegagalan
vaksinasi.
3. Hewan yang telah divaksin tidak boleh dipotong
untuk konsumsi manusia minimum 6 minggu setelah vaksinasi.
4. Hewan bunting sebaiknya tidak divaksinasi.
5. Kambing sangat peka terhadap vaksinasi oleh karenanya
dapat diberikan setengah dosis.
6. Setelah melakukan vaksinasi, seluruh peralatan yang
digunakan harus disucihamakan.
Hewan yang diduga menderita anthrax harus diasingkan
sehingga tidak dapat kontak dengan hewan lain. Sekeliling tempat kejadian sejauh
20-30 km dilakukan vaksinasi terhadap semua hewan ternak (ring vaccination).
Apabila dijumpai kejadian hewan mati mendadak baik
disertai atau tidak keluarnya darah dari lubang alami maka harus diasumsikan
kemungkinan karena penyakit anthrax sehingga harus dilakukan tindakan
pelarangan untuk melakukan pemotongan (penyembelihan) atau bedah bangkai.
Bangkai hewan harus dibakar atau dikubur dalam-dalam
dan dicegah jangan sampai dimangsa oleh hewan-hewan pemakan bangkai.
Apabila dijumpai kejadian penyakit diduga anthrax
maka harus segera dilaporkan ke Dinas/Sub dinas peternakan setempat.
Kerugian
ekonomi akibat penyakit Anthrax.
Kerugian ekonom yang di akibatkan oleh penyakit
anthrax sangat besar karena penyakit
anthrax adalah salah satu penyakit zoonosis yang saat ini banyak
dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonosis berarti dapat menular
dari hewan ke manusia. Menurut catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia
sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk
Betung. Selama tahun 1899
- 1900 di daerah Karesidenan Jepara tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang
anthrax, dari sejumlah itu 207 ekor mati. Pada tahun 1975, penyakit itu
ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian, 1976-1985,
anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak mati. Dalam
beberapa tahun terakhir ini, hampir setiap tahun ada kejadian anthrax di
Kabupaten Bogor yang menelan korban jiwa manusia. Akhir-akhir ini diberitakan
media elektronik maupun cetak, 6 orang dari Babakan Madang meninggal dunia
gara-gara memakan daging yang berasal dari ternak sakit yang diduga terkena
anthrax. Kejadian ini telah mendorong Badan Litbang Pertanian mengambil langkah
proaktif untuk meneliti kejadian ini agar tidak menimbulkan dampak negatif yang
lebih luas.
No comments:
Post a Comment