Monday, October 10, 2011

Penyakit Anthrax


PENYAKIT PADA TERNK
Penyakit Anthrax.
Penyakit Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonosis penting yang saat ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonosis berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini hampir setiap tahun selalu muncul di daerah endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi peternak dan masyarakat luas. Hampir semua jenis ternak (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing dan domba) dapat diserang anthrax, termasuk juga manusia

Gejala Pada Hewan
Gejala klinis sangat bervariasi tergantung dari subtipe virus, spesies, umur. Penyakit anthrax pada hewan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu perakut, akut dan kronis.

Bentuk per akut
Jalannya penyakit sangat mendadak dan segera terjadi kematian akibat pendarahan di otak. Gejala tersebut berupa sesak napas, gemetar, kemudian ternak roboh dan mati. Disamping itu, terkadang ternak itu terus mati sebelum nampak tanda-tanda bahwa ia sakit. Dan kerap kali diagnosa ditentukan setelah mati, yaitu terjadi pembesaran limpa membengkak 2-4 kali dari ukuran normal.



Bentuk akut (pada sapi, kuda, kambing dan domba)
Anthrax bentuk akut pada sapi, kuda dan domba, gejala-gejala penyakitnya mula-mula demam, penderita gelisa, kemudian depresi, sopor, pernafasan susah, detak jantung frekuen dan lemah, kejang dan penderita segera mati. Selama penyakit berlangsung, demamnya dapat mencapai 41,5 0C, ruminasi berhenti, produksi susu berkurang, pada ternak yang sedang bunting mungkin terjadi keguguran. Dari lubang-lubang kumlah mungkin keluar ekskreta berdarah. Gejala Anthrax akut pada kuda dapat berupa demam, kedinginan, kolik yang berat, tidak ada nafsu makan, depresi hebat, otot-otot lemah, mencret berdarah, bengkak di daerah leher, dada, perut bagian bawah dan dibagian kelamin luar.

Bentuk Kronis
Anthrax bentuk kronis biasanya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang juga terdapat pada sapi, kuda dan anjing dengan lesi-lesi lokal yang terbatas pada lidah dan tenggorokan. Pada satu kelompok babi yang mendapat infeksi, beberapa babi diantaranya mungkin mati karena Anthrax akut tanpa menunjukkan gejala penyakit sebelumnya. Beberapa babi yang lain menunjukkan pembengkakan yang cepat pada tenggorokan, yang pada beberapa kasus menyebabkan kematian karena lemas. Kebanyakan babi didalam kelompok tersebut menderita Anthrax kronis yang ringan, yang berangsur-angsur akan sembuh. Bila babi tersebut disembelih, pada kelanjar limfa servikal dan tonsil terdapat infeksi Anthrax.
Gambaran klinik sebagai tersebut di atas berbeda-beda, bergantung pada perluasan penyakit dan jenis hewan yang terkena.
·         Pada kuda Anthrax biasanya menyebabkan kolik, mungkin karena torsil intestinal atau invaginasi, tidak disertai akumulasi tinja dan gas. Sering juga disertai busung di daerah leher, dada, bahu dan pharynx. Busung tersebut berbeda dengan pembengkakan yang disebabkan oleh purpura hemorrhagica, karena perkembangannya cepat, ada rasa nyeri, demam tinggi dan perbedaan lokalisasinya. Gejala gelisah jarang terdapat tetapi selalu mengalami sesak nafas dan kebiruan. Penyakit tersebut biasanya berakhir 8-36 jam, atau kadang-kadang sampai 3-8 hari.
·         Pada sapi, gejala-gejala permulaan kurang jelas kecuali demam tinggi sampai 42 oC. biasanya sapi-sapi tersebut terus digembalakan atau dikerjakan. Dalam keadaan serupa itu sapi dapat mendadak mati dikandang, dipadang gembalaan atau saat sedang dipekerjakan.
Anthrax kronis dapat pula terjadi pada sapi yang berlangsung selama 2-3 bulan. Hewan-hewan yang menderita penyakit akan menjadi kurus dengan cepat.
·         Pada domba dan kambing, biasanya bentuk perakut dengan perubahan-perubahan apopleksi serebral, hewan-hewan yang terserang tiba-tiba pusing, berputar-putar, gigi gemetar dan mati hanya dalam beberapa menit setelah darah keluar dari lubang-lubang tubuh. Pada kasus yang kurang cepat, penyakit tersebut hanya berlangsung selama beberapa jam, dengan tanda-tanda : gelisah, berputar-putar, respirasi berat dan cepat, jantung berdebar-debar, tinja dan kemihnya berdarah. Ludah keluar dari mulut dan terjadi konvulsi. Busung dan enteritis jarang terdapat.
·         Pada babi, gejala penyakitnya berupa demam dan pharyngtis dengan pembengkakan didaerah subparotidea dan larynx yang berlangsung cepat (Anthraxangana). Pembengkakan tersebut dapat meluas dari leher sampai dahi muka dan dada, menyebabkan kesulitan makan dan bernafas. Selaput lendir kebiruan, pada kulit terdapat noda-noda merah, mencret, disfagia, muntah dan sesak nafas menyebabkan hewan mati lemas.
Pada kasus tanpa pembengkakan leher, gejala penyakitnya mungkin hanya berupa lemah, tidak ada nafsu makan dan menyedirikan. Pada Anthrax lokal atau kronis, hewannya sering tampak normal.
·         Pada anjing dan pemakan daging ( carnivora ) lainnya, gejala penyakit berupa gastroenteritis dan pharyngitis, tetapi kadang-kadang hanya demam. Setelah makan daging yang mengandung kuman Anthrax, bibir dan lidah menjadi bengkak, atau timbul bungkul-bungkul pada rahang atas. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi umum melalui erosi pada selaput lendir kerongkongan.
·         Pada manusia, sering ditemukan bentuk ( kutan ) serangannya bersifat lokal, dapat juga disebut Anthrax lokal. Pada luka tersebut terjadi rasa nyeri, yang diikuti dengan pembentukan bungkul merah pucat ( karbongkel ) yang berkembang jadi kehitaman dengan cairan bening berwarna merah. Bila pecah akan meninggalkanjaringan nekrotik. Bungkul berikutnya muncul berdekatan. Jaringan sekitarnya tegang, bengkak dengan warna merah tua pada kulit sekitarnya. Bila dalam waktu bersamaan gejala demam muncul, infeksi menjadi umum ( generalis ) dan pasien mati karena septisemi.
PENULARAN
Penyakit Anthrax sangat tidak lazim ditularkan secara langsung dari satu hewan ke hewan lainnya. Hewan akan terserang penyakit ini apabila memamkan pakan yang tercemar oleh spora Anthrax yang berasal dari tanah. Keberadaan spora anthrax di dalam tanah atau lingkungan berasal dari hewan yang mati karena anthrax. Hewan tersebut akan mengeluarkan kuman B. anthracis bersama-sama dengan darah yang umumnya keluar dari lubang-lubang alami/kumlah (anus, hidung, mulut) yang kemudian segera menjadi spora.
Disamping itu apabila hewan yang mati karena penyakit anthrax dipotong atau dilakukan bedah bangkai maka kuman penyebab anthrax akan segera berubah menjadi spora dan akan mencemari tanah dan lingkungan.
Oleh karena itu setiap bangkai hewan yang mati karena diduga anthrax dilarang untuk dipotong atau dilakukan bedah bangkai. Oleh karena itu, melakukan bedah bangkai, pembedahan atau pemotongan hewan tersangka anthrax sangat membahayakan bagi orang yang melakukannya.


Pencegahan Dan Pengendalian
Pada daerah daerah dimana anthrax pernah ditemukan, langkah pencegahan adalah dengan melakukan vaksinasi pada hewan ternak setiap tahun.
Beberapa hal yang perlu diperhatiakn sehubungan penyakit anthrax yaitu :
1. Vaksin anthrax harus ditempatkan dalam lemari es ( kulkas)
2. Antibiotika tidak boleh diberikan pada ternak beberapa hari sebelum dan sesudah vaksinasi karena akan menyebabkan kegagalan vaksinasi.
3. Hewan yang telah divaksin tidak boleh dipotong untuk konsumsi manusia minimum 6 minggu setelah vaksinasi.
4. Hewan bunting sebaiknya tidak divaksinasi.
5. Kambing sangat peka terhadap vaksinasi oleh karenanya dapat diberikan setengah dosis.
6. Setelah melakukan vaksinasi, seluruh peralatan yang digunakan harus disucihamakan.
Hewan yang diduga menderita anthrax harus diasingkan sehingga tidak dapat kontak dengan hewan lain. Sekeliling tempat kejadian sejauh 20-30 km dilakukan vaksinasi terhadap semua hewan ternak (ring vaccination).
Apabila dijumpai kejadian hewan mati mendadak baik disertai atau tidak keluarnya darah dari lubang alami maka harus diasumsikan kemungkinan karena penyakit anthrax sehingga harus dilakukan tindakan pelarangan untuk melakukan pemotongan (penyembelihan) atau bedah bangkai.
Bangkai hewan harus dibakar atau dikubur dalam-dalam dan dicegah jangan sampai dimangsa oleh hewan-hewan pemakan bangkai.
Apabila dijumpai kejadian penyakit diduga anthrax maka harus segera dilaporkan ke Dinas/Sub dinas peternakan setempat.
Kerugian ekonomi akibat penyakit Anthrax.
Kerugian ekonom yang di akibatkan oleh penyakit anthrax sangat besar karena  penyakit anthrax adalah salah satu penyakit zoonosis yang saat ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonosis berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Menurut catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung. Selama tahun 1899 - 1900 di daerah Karesidenan Jepara tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang anthrax, dari sejumlah itu 207 ekor mati. Pada tahun 1975, penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian, 1976-1985, anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak mati. Dalam beberapa tahun terakhir ini, hampir setiap tahun ada kejadian anthrax di Kabupaten Bogor yang menelan korban jiwa manusia. Akhir-akhir ini diberitakan media elektronik maupun cetak, 6 orang dari Babakan Madang meninggal dunia gara-gara memakan daging yang berasal dari ternak sakit yang diduga terkena anthrax. Kejadian ini telah mendorong Badan Litbang Pertanian mengambil langkah proaktif untuk meneliti kejadian ini agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.

No comments:

Post a Comment